Selasa, 05 Januari 2016

Awan, chapter : 7a, memang ada apa di Ruang Otopsi?




*** dikamar kami ***


setelah tadi kami menyelesaikan hukuman kami, berlari dari kenyataan.. ah, maksudku berlari mengitari lapangan, kami langsung bergegas kembali ke kamar kami, karna waktu memang sudah mendekati saatnya melaksanakan ibadah shalat maghrib.


"bro, ayu sholat dulu kita" ajakku kepada temanku yang lainya


"emang sekarang udah selesai bulan puasa?" sahut alvian padaku

"nahkan ketauan kan, lu tuh solat setaun sekali kan? solat idul fitri doang?" tanya rio kepada alvian sembari mengambil sajadah dari tasnya.

"hehe, biar dapet duit bro"


"dah ayo buruan ah, lu kok solat dibuat main-main sih? mikir dong, kalian dah pada gede." sahut miko kepada kami, kami semua pun terdiam mendengar sahutannya barusan.
"eh ngomong-ngomong, sekarang hari apa?" tanya miko kepada kami, memecahkan keheningan

"hari ibu kartini mik, emang kenapa?" sahutku menjawab pertanyaan miko tadi.

"soalnya gue kalo hari senin solatnya ngadep utara, selasa ngadep timur, rabu barat, kamis selatan, baru deh kalo jum'at gue ngadep kiblat"

"lu solat apa anak gunung nyasar? solat kok ngikutin mata angin, dahlah gue duluan ya"


setelah kami bersiap untuk pergi ke mesjid terdekat, kami langsung segera bergegas mengingat waktu yang terus berjalan dan tentunya disini kami juga harus disiplin waktu jika tidak ingin menemui "tegas" nya panitia kampus acara ini.

but, damn.. kampus ini terlalu luas.. kami tidak bisa menemukan masjidnya tepat waktu, sehingga mau tidak mau kami melaksanakan shalat berjamaah disalah satu ruang kelas terdekat yang tak terkunci.. didepan ruang kelas itu tergantung plat nama ruangan tersebut, disana tertulis..


"R. LAB OTOPSI"


 Ketika kami masuk ke ruangan ini, Ruangan ini lumayan gelap, tapi cukup terlihat jelas bangku dan meja yang berantakan ditinggal oleh mahasiswanya, dan yang dari namanya ruang OTOPSI, setahuku pasti  berkaitan dengan organ-organ tubuh manusia, dan hal-hal menakutkan lainnya, disini perasaan ku mulai merasa tidak enak.

 dan benar saja, ketika aku menyalakan lampu, langsung terlihat banyak miniatur-miniatur organ dalam tubuh manusia terpajang didalam lemari kaca, miniatur kepala manusia, dan lengkap dengan adanya manequin peraga otot-otot manusia dipojok ruangan, yang seolah menatap kami, seolah meminta kami segera pergi dari ruangan ini dengan ketidak nyamanan yang ada.

 Meski sambil diiringi perasaan tidak nyaman, dan merasa ada sesuatu yang aneh di ruang ini, kami "terpaksa" harus tetap melaksanakan shalat diruangan ini, karna waktu yang sudah tidak akan sempat apabila kami ingin mencari masjid lagi.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

setelah shalat diruangan tersebut kamipun langsung "ngacir" kembali kekamar kami. bersiap-siap untuk acara selanjutnya.

hmm? kenapa? mungkin diantara pembaca sekalian banyak yang mengira atau mengharapkan adanya scene horror di scene tadi ya? tapi maaf karena mengecewakan kalian semua, yah.. penulis juga sebenarnya seorang penakut sih.. jadi yah.. jangan panggil penulis ini sebagai tukang php ya...




*** dikamar kami, setelah shalat maghrib ***



"hanjaay, baru pertama kali gua shalat di markas mahluk ghaib" keluh dimas kepada kami semua, dengan nafas terengap-engap karna ngacir dari ruang tadi kesini.

"lagian salah lo nih wan, sok tau sih lu! udah tau ni kampus luas, saking luasnya dari kelas ke kantin aja naik angkot sekali" kesal miko karna ke sok tahuan ku tadi.

"iyaa2 sorry elah, gitu aja marah.." sahutku, meminta maaf pada mereka

"bukan masalah gitu aja-nya wan! kita tadi shalat di ruang otopsi! lu bayangin, tiap hari ada praktek, ada mayat dibedah-bedah disitu!" bentak dimas kepadaku, terlihat jelas ia ketakutan setengah mati sedari tadi

"eh ko kita bisa nyasar ke ruang itu si? kan lumayan jauh" tanya rio kepada kami.

"kenapa kita ganyasar ke mess perempuan ya?"


"eh, masalahnya bukan itu yo, ini kan mess, letaknya deketnya sama komplek gedung ekonomi, itu ruang otopsi ngapain ada disitu?" jawab miko dengan nada penasaran

"iya kan? gak logis banget, gamasuk akal! penulis yang nulis cerita kita aneh nih bro" sambung alvian, eh? ko bawa-bawa nama penulis??



"aaa udahlah bodoamat, kita skip aja skip.." sahut dimas yang menyela pembicaraan kami karena tidak lagi mau mendengar cerita-cerita mistis.



"ehiya.. ngomong-ngomong nantikan kita jurit malam.. berpasangan kan ya sama cewe?" lanjutku, mencari topik untuk dibicarakan

"yoi.. ah, mudah-mudahan gue dapet sama doi yaallah.." lanjut rio

"yee, dasar homo sok-sok'an tobat, sok-sok'an suka sama cewe lu" ledek miko kepada rio, sambil ia menjitak kepala rio.

"eh.. kalian gimana? ada cewe yang lagi kalian suka ga? ngarep dapet pasangan sama si dia ga? kalo iya sama siapa?" tanya kembali rio dengan wajah ngeselinnya, "lu gimana mik?"

"ah? gue engga deh, biasa aja, abisan cewe di sekolah kita keteknya bau kaki semua" jawab miko.

"yee, lu mah doyannya ama cabe-cabean ya, dasar anak motor, muka knalpot, daki oli. lu? lu gimana yan?" tanya rio kepada alvian.
 
"wah gue mah udah tunangan yo, dada nya gede lagi.. bisa gue jadiin pegangan hidup gue.. maap aja ya kawan kawan.." jawab alvian.

"iyaaa yan, iyaa lu jadiin pegangan hidup kek, pedoman hidup kek, sumber mata air kek.. bodo amatt, nyesel gua nanya lu..  lu gimana wan?"

hm? aku? akupun menengok kearah teman-temanku yang lain, mereka semua menempatkan fokus mata mereka kearah ku. perempuan ya? aku bingung harus menjawab apa, satu-satunya perempuan yang sangat kukenal dan sangat dekat denganku hanyalah Tara, hanya dengan dia aku bisa berbicara lancar, sedangkan dengan perempuan lain aku berbicara sepatah-patah seperti anak TK baru belajar baca Iqra. (Iya Iqra, yang di cover belakangnya ada gambar kakek kakek pakai blazer, megang tongkat ituloh) duh bagaimana ini? jika kujawab tidak ada, pasti mereka meledek aku homo, jadi.. apa harus kujawab Tara saja? tapi... hmm yaa.. baiklah.. sudah kuputuskan..

"ah gaada bro, jujur gue masih suka sama lu yo" entah kenapa, jawaban inilah yang keluar dari mulutku, mungkin karna aku tak ingin ada perselisihan di persahabatan ini, atau mungkin aku takut kena amukan tara jika ada salah satu diantara kawan ku yang memberitahunya.

"aihh, iyaa, merinding gua dengernya.. jauh-jauh lu wan, sorry ya.. gue laki-laki normal.. ya gue sukanya sama laki-laki normal juga lah! pea lu wan"

"itu sama aja bego.. eh, terakhir nih.. lu gimana dim? ada inceran ga? lu gasuka cowo juga kan?" lanjut miko, bertanya kepada dimas


"ah.. gua.."


 "dahlah mik, lu tau kan dimas pemalu, jangan dipaksa"
 "malah dia saking malunya, mau ijin pipis, malah gajadi, lebih milih pipis ditempat daripada harus ijin"
 "iya lu mik, lagipula lu kan tau dimas mainnya sama kita-kita aja, mana mungkin dia suka sama cewe?"

belum selesai dimas berbicara, perkataan dia langsung diserobot begitu saja oleh aku,alvian,dan rio.


"gua suka sama alisa bro" dimas melanjutkan kata-katanya kembali, yang sontak mengagetkan kami semua


"Alisa?? wah.. serius lu??"
"Alisa yang mana?? yang suka ngupil pake jempol dipinggir jalan ya??"
"Alisa anak OSIS bukan??" tanya kami semua kepada dimas, yang tentu saja menanyakan pertanyaan ini secara bersamaan.

"iyalah yang itu, emang ada berapa ekor alisa di sekolah kita?... dan lagipula dia kalo ngupil pake jari manis ko"

kami semua kaget, dan tertegun mendengar perempuan tipenya dimas, untuk kalian ketahui, Alisa ini adalah anak buahnya si Bryan, menjabat sebagai sekretaris osis, masuk kelas unggulan, tentunya karna otak cerdasnya, dan juga keluarganya pun keluarga yang terhormat.

"Dim? lu serius? mending lu baca juz'ama deh, kayanya lu keserupan arwah kodok dibedah dari ruang otopsi tadi" ledekku kepada dimas.

"yah gitu ya wan? emang kenapa? karna gue cupu ya?" tanya dimas dengan wajah memelasnya, yang sontak langsung memancing rasa bersalahku.

"weh wan!" bentak miko dari belakang sembari ia menjitak kepalaku. "lu jangan ngomong gitu dong, gaada yang gamungkin.."

"bener tuh wan.. "love will always find a way" bro.." lanjut rio dengan nada sok puitisnya, sambil datang menghampiri dimas dan lalu merangkulnya. 

"nah mantap tuh yo, kasih tau yo, rahasia andalan kita dari jaman kita smp dulu biar gampang nge-gaet cewe, hmph." lanjut miko memperseru suasana.

"oke.. eh suprapto.. tapikan kita ga satu SMP dulu.. ah bodo lah, skip-skip.. nih ya dim.. denger ya.. gue gatau alisa ini orangnya kaya gimana.. tapi yang namanya cewe ah yaelah, tipe nya itu2 aja sob!" rio menjelaskan dengan serunya.

"gue sih yaelah, gue udah lama bro terjun ke dunia pendekatan dengan cewe.. Udah macem-macem species cewe yang gue temuin.. dari cewe yang pendiem, cewe yang heboh, cewe yang norak, cewe yang lagi nungguin cowonya, cewe yang kelaminnya bukan cewe, cewe yang baru gue ajak kenalan langsung pura-pura mati, sampe cewe yang gue ajak kenalan dia bilang "mas maaf.. kenalannya udah dulu ya, yang ngantri banyak.. ini bensinnya mau ngisi berapa? dimulai dari nol ya mas".. tuh.. dah banyak cewe yang gua jabanin sob."

"hanjayy, embak-embak SPBU lu deketin juga sob?"


"yoih.. jadi.. laksanakan aja misi lu deketin dia, nanti pasti kita-kita bantuin dari belakang.." kata ryo terhadap dimas, entah kenapa kata-kata rio kali ini sangat meyakinkan untuk didengarkan..

"ta.. tapi.. lu tau kan? gue pemalu, cupu, gendut, idup lagi.." keluh dimas membalas kata-kata rio barusan

"kalo diselengkat bukannya jatoh malah gelinding pula" celetuk alvian.

"hmph." rio melakukan facepalm, dan memasang senyum kecil, dan menggelengkan kepalanya.

"eh kerupuk melempem.. lu denger ye, ini kuping dipasang, dengerin nih petuah dari temen lu ini.. yang namanya cewe tuh.. sedingin apapun sifatnya.. setinggi apapun harga diri nya.. pasti bakal meleleh dan balik lagi kebumi ketika ngeliat ada cowo yang rela berusaha mati-matian demi dia seorang. jadi yaa, teruslah berusaha bro.. jangan lupa berdoa.. sama sering-sering curhat ke dukun juga, pasti lu bisa dapetin dia"

"terus? kalo masih gaberhasil juga gimana?"

"nah itu berarti problem ada dicewenya.. mungkin dia lagi terauma pacaran, mungkin dia udah punya suami.. mungkin cewe itu homo kaya lu wan.. atau mungkin dia takut ama muka lu yang tampangnya kaya tampang-tampang penjahat kelamin dikereta" balas rio menjawab pertanyaan dari.. eh tunggu-tunggu? siapa yang bertanya tadi?


ya.. itu kak tian, sepertinya sudah sedari tadi dia menguping kami untuk yang kedua kalinya.

"buset. ko selalu lu mulu si kak yang muncul tiba-tiba. lu siapa si? tuyul?? apa kuroko??" tanya alvian yang sepertinya sudah tidak kaget dengan kemunculan kakak yang aneh ini.

"heh.. dek.. lu denger ya.. lu pada tuh masih sma.. yang lu tau tentang cewe tuh masih sebatas pantai di luasnya samudra hindia.. nih kenalin.."  kak tian lalu memukul dadanya pelan, memberikan gestur tubuh bahwa orang yang dimaksud adalah dirinya  "ketua barisan sakit hati di kampus ini.. Christian "


"............"



"ah, iyasih.. gak heran sih, muka lu emang muka-muka orang yang sering di php'in emang.." sahut miko menjawab kata-kata kak tian barusan.

"ho'oh, dah kak, lu kesini mau ngingetin kita cepetan ke lapangan kan? ko lu malah ngobrol sama kita lu?" lanjut rio.

"iyanih, gabecus lu kak, gabecus. dah bro, ayo kita kelapangan duluan, kita aduin orang aneh ini ke kak ratu" lanjut alvian memperpanjang ejekan rio ke kak tian.


sembari kami pergi meninggalkan ruangan membawa peralatan-peralatan yang sudah diinstruksikan sebelumnya, kak tian hanya bersender didepan pintu, menatapi kepergian kami semua, memasang wajah heran dan berkata

"wey kampret, gua kakak senior lu juga"


dan selanjutnya, kami pun siap untuk malam yang sangat panjang...
yap.. jurit malam, kami siap.. siap untuk berduaan dengan perempuan, bwehehe.






1 komentar:

  1. akhirnya sekian lama aku komen juga/? kritik dan saran sihh belum ada kayak nya cuma disini lawakannya mulai menuju rada garing/? dikit mungkin gorengnya kurang lama/halah tapiii bagus kok udah mulai panjang panjang kalimat nya .o.

    BalasHapus