Selasa, 26 April 2016

Awan, Chapter 8 : Ini Gara Gara Autan!



** dilapangan, tempat kami berkumpul untuk acara selanjutnya, yaitu jurit malam **

  semua siswa laki-laki kelas 2 berkumpul di lapangan ini, untuk menerima arahan dari kakak senior untuk acara selanjutnya, kami semua menunggu untuk nama kami satu persatu dipanggil, maju kedepan, mengambil kertas acak didalam sebuah kaleng kerupuk ikan, yang isi dari kertas tersebut merupakan sederet angka.


"Rio, 11-D." teriak seorang kakak dari depan, yang menginstruksikan bahwa giliran Rio untuk mengambil undian sudah tiba. Rio pun langsung bergegas kedepan, dan mengambil kertas didalam kaleng kerupuk bermerk "Harapan Jaya" tersebut, dan kembali duduk di barisan tempat ia semula. kakak itupun langsung melanjutkan mengabsen untuk memanggil siswa lainnya.

"dapet nomer berapa yo?" tanya ku pada rio yang datang dan duduk disebelahku.

"309 wan, ini apaan? doorprize?"

"309? lah jauh banget, gue 217." balasku kepada rio dengan nada dan ekspresi kebingungan.

"ih bego. ini kita antri jatah ngambil obat kaya diposyandu gitu. terus dapet bubur kacang ijo sama roti." lanjut alvian yang duduk didepanku.

"pikiran lu kalo engga nemo ya makanan mulu kampret. terus nomer lu berapa emang?"

"021-93750000 wan"

"lu ko? dapet nomer berapa?" aku lanjut bertanya pada miko, tanpa peduli dengan jawaban alvian barusan.

"gua 720. damn.. kaya resolusi film bokep HD"

"lah, lupada dapet angka? ko gua tulisannya "selamat anda beruntung" sih?" tanya dimas dengan heran kepada kami.

"yaa.. itu karna lu gendut kali. jadi dikasihanin sama kakaknya. dari dulu orang gendut emang selalu diperlakukan berbeda. paling nanti lu jurit malamnya ga disini, di bondowoso. ya kembali lagi kedasar.. soalnya lu gendut. ambil hikmahnya.. makanya jangan gendut, pesen kouzi slimming suit sekarang juga.. nih, catet nomer tante gue, buruan." celetuk rio kepada dimas.

"k, ko jadi tante lu?"

"iya, tante gue agent resmi reseller kozui slimming suit.."

"eh kok? emang tante lu siapa? olla ramlan? eh.. eh engga engga, tuh liat.. anak-anak cewe nya pada dateng kemari" kataku pada yang lainnya, begitu melihat segerombolan anak perempuan datang, membuat barisan, lalu duduk berjejer rapih. (kalian pasti tau perbedaan anak sma laki2 yang berbaris dengan anak perempuan yang berbaris)

setelah semua anak perempuan sudah duduk rapih, datang lah kak ratu kedepan tempat kami semua duduk, memegang TOA dan memulai orasinya, yang intinya berisi :

"jadi nomer togel yang kalian udah ambil itu ada dua, satu lo pegang, satu lagi dipegang sama lawan jenis lo. jadi siapapun yang memiliki nomer nya sama. maka dua orang itu yang akan maju buat jurit malem. nomer kalian bakal diabsen untuk maju, semua nya bakal dapet jatah ko, jadi sabar aja."

jadi benar dugaan ku.. ini bukan nomer taogel, ataupun nomer antrian untuk mengambil roti dan bubur kacang hijau. ini adalah nomor untuk menentukan siapa pasangan kita saat jurit malam nanti.

hmm, siapa yang akan menjadi pendampingku nanti? saat aku bertanya hal itu kepada yang lainnya, yang lainnya tentu berharap mendapat perempuan dengan paras cantik, agar mereka bisa dapat kesempatan mendekat dengan mereka. kalau aku? jujur aku berharap dipasangkan dengan Tara, karna selain kami memang sudah sangat dekat sehingga menghabiskan waktu saat jurit malam nanti pasti akan sangat terasa cepat, selain itu dia juga merupakan sosok pemberani.. tak gentar.. kuat.. dan inspiratif.. mungkin suatu saat dia akan muncul di acara "tupperware, she can".





** POS 1, Didepan Pintu Masuk / Garis Start Jurit Malam **


Seiring dengan aba-aba kakak panitia yang sudah memperbolehkannya untuk maju, memulai perjalanan jurit malamnya, Alvian langsung bergegas pergi memulai petualangannya, sedangkan aku akan maju setelahnya, ternyata nomer undian kami berurutan.


bagian yang tidak kusuka dengan kepergian ia barusan addalah ketika dia menengok ke belakang, kearahku tepatnya, memberi kissbye kepadaku, dan tersenyum menyeringai yang jelas sekali meledekku, sebagai catatan, ia mendapatkan patner yang lumayan cantik, dan itulah alasan ia meledekku barusan, sedangkan aku...


"hih, jangan jauh-jauh ya, tar lu ilang, diculik genderuwo. gabakal ada yang mau repot-repot nyariin lu soalnya" katanya meledekku dengan nada yang sinis

"eh, malah gue yang nyulik anak genderuwo dan minta tebusan ke bapaknya, astagaa, kenapa gue harus dapetnya ama lu njirr"

"eh, lupikir gue seneng dapet sama lu hah? sama manusia megalitikum kuno kaya lu? hih amit-amit gue. iwh" (iya, lawakannya emang garing, tapi ini lawakannya dia, seriously.. jadi jangan bilang penulis garing ya).


kalian masih ingat? perempuan dengan paku menuncap dikepalanya yang aku temui sewaktu aku datang telat? yap, aku berpasangan dengannya, dia adalah kemungkinan terburuk yang aku bayangkan ketika aku berpikir dengan siapa aku akan berpasangan.



***



setelah kurang lebih 10 menit kami menghabiskan waktu kami, menunggu giliran kami untuk dipanggil maju ke arena jurit malam dengan atmosfir canggung, tak ada satupun dari kami yang memulai percakapan, jangankan memulai pembicaraan, menghadap saling berhadapan satu samalain pun aku tak  mau, dan begitu pula sebaliknya, aku yakin ia juga pasti enggan untuk menoleh dan berbicara denganku, sampai ketika datang seorang kakak senior menghampiri tempat dimana kami duduk berdua.

"eh, pasangan 217?" tanya kakak tersebut pada kami, sembari ia memegang papan jalan dari tangannya, dan mengeluarkan pulpen dari kantung almamaternya.

"i.. iya kak.. udah waktunya ya?" jawabku kepada kakak itu, dengan nada patah-patah karna gugup yang kurasakan sebelum terjun ke medan perang.

"ih. selaw aja kali, grogi gitu kaya dipanggil dokter buat disunat.  Oke nama kalian siapa?"

"ah, gua awan ka. 11-D. No Absen 2. duduk kedua paling belakang, temen sebangku rio."

"dah-dah cukup, gaada waktu buat ngejelasin panjang lebar. ngejar schedule nih. lo ada keperluan khusus ga? kaya obat-obatan khusus. atau penyakit tertentu?"

"ah, enggak kak, clear.. paling sakit hati doang ka garagara dipasangin sama cinderella gini.. *brrrrt* *brrrrt*" telpon gengamku berbunyi seketika.  "bentar ya kak, gue angkat telpon sebentar ya.."

"halo, assalamualaikum? dengan awan ada yang bisa saya bantu?"  tanya ku kepada orang yang ada diujung telpon ini.

"Ha eL AD BB Q DST??"

"hah? paan paan?"

" Ha eL… BB BKN NH?"

"hah? apaan? beha? sales beha ya?"

"Ha eL… LYT MBB Q G P?"

dan setelah itu langsung kututup telponnya, saat aku berbalik, tanpa kusadari kakak tadi sudah selesai mengintrogasi.. eh wait.. aku juga masih belum tau nama perempuan ini.

"okesip, kalian udah siap.. sekarang mari kita berdoa dulu untuk keselamatan kalian ya.."

kamipun langsung menuruti arahan dari kakak tersebut, dan langsung mulai berdoa.

"sip, sekarang yang terakhir.. gue mau memperingati hal terakhir untuk kalian.. pertama, lu.. (kakak itu menunjuk kearahku) lu itu cowo, lu harus jagain partner lu, kedua.. jangan bicara kasar, kalian udah gede.. harus bisa jaga sikap.. turutin peraturan yang tidak tertulis disini, kalian pasti tau apa yg gue maksud, sip? kalian paham dan setuju kan dengan kata2 gue tadi?"

setelah mendengar pertanyaan tersebut, secara refleks aku menatap perempuan ini. saat aku mengangguk untuk memberi intruksi bahwa aku setuju, diapun segera membalas anggukan ku, yang tentu berarti kami setuju.

"okay, then.. you two are ready to go. sip.. selamat menikmati perjalanan kalian." kata kakak itu sambil mendorong kami berdua melewati garis start.

kami pun segera memulai perjalanan kami, melewati malam yang akan terasa sangat panjang ini.


****


"............"


".............."


"hey, diem aja, laper ya lu?" godaku pada perempuan ini sembari kami berjalan dengan tempo langkah cepat,  ingin cepat2 sampai ke pos pertama.

"iya, pengen makan lu rasanya. siapa yang diem? dari awal lu yg gue ajak ngobrol diem aja, gue pikir belum apa2 udah sawan lu."

hmm? diam? memang aku sempat merenung tadi.. tapi aku yakin aku merenung tak selama itu. tapi ketika ku tengok ke arah belakang, ternyata memang benar, kami sudah melangkah jauh kedepan.

apa yang mengganggu pikiran ku sampai detik ini adalah kata2 kakak tersebut sebelum kami beranjak. kira2 seperti ini :

"bro, atu lagi.. kalo lu liat yg enggak2, diemin aja, jangan lu hirauin, apalagi ampe lu nyolot. inget. kami menghargai apa yg tinggal disini. pihak panitia gapernah yang namanya nyamar jadi yang begituan. dah sip. goodluck"

aku tau.. kakak itu hanya ingin memperingatkanku, tapi.. damn! kata-katanya hanya menempel terus dikepala ku, yang membuatku semakin sensi atas keadaan disekitar kami.

"lagi lu kenapa? abis ditolak cewe kan? yatapi jangan ampe dibawa kesini juga dong.. gue kena imbas nih.."  tanya perempuan ini memulai topik denganku. entah kenapa aku merasa bahwa sifatnya berubah. bagai sifatnya yang keras, sudah mulai mengelupas dan menunjukan sifat lembut dibaliknya.

"ah engga, gue kepikiran sesuatu doang. lagipula manaada cewe yg mau nolak cowo setampan gue?"

"heleh, nampan lu mah, eh seriusan.. kepikiran apaan emang?"

"hmm" aku sempat berpikir sebentar untuk menjabarkan apa yg dijelaskan oleh kakak tadi, tapi..

"gue mikirin nama lu siapa deh mbak, seriously.." setelah kupikir-pikir, ada baiknya aku tak memberitahunya, well.. ini juga untuk kebaikan dia agar dia tidak gampang parno nanti.

"ihh, mbak? gue lebih muda dari lu ya."  Syukurlah bahwa ia tak sadar bahwa aku mengalihkan pembicaraan.

"iyaa, makanya.." aku menjulurkan tanganku.
"nama gue awan. anak paling cemerlang dan baik hati dikelas."

ia lalu menjulurkan tangannya juga, dan memberi jabatan tangan, tak kuduga.. tangannya begitu halus, jari-jarinya yang langsing, dan sensasi hawa hangat dari tangannya menyentuh dan mengalir ke tanganku.

"yaa, nama lu mah gue tau keles, siapa yg gakenal anak paling badung disekolah."

"haha. makasih. gue anggep itu pujian." geramku, sambil sedikit mengeraskan jabatan tanganku.
"jadi.. nama lu?"

"ah gila, lu gakenal gue? cewe paling cakep disekolah? hahaha..

tapi gaseru dong kalo gue ngasih tau.. cari tau sendiri lah kalo mau deketin gue.."

"terkenal judes iya lu mah, hm.. let me guess.. nama lu palingan junaedi."

"enak aja lu, junaedi nama tukang cilor langganan di komplek gue tuh."

"hmm, yaudah.. untuk sekarang lu gua panggil selli aja ya? biar gue ada panggilan buat lu saat ini"

"iyaa whatever. lagipula kenapa selli?"

"iya, diambil dari kata nge-selli-n"


dan seterusnya kami mulai sedikit akrab, dan terus berbincang sedikit-sedikit sepanjang perjalanan kami, langkah demi langkah terus kami menyelusuri trek jurit malam ini, syukur alhamdulillah belum ada hal-hal aneh sampai saat ini.

dan tak terasa kami sudah sampai di pos 1, terlihat  ada cahaya lampu petromak di sebuah saung, dan terlihat juga ada beberapa orang disana.. yup.. itu adalah pos pertama kami.

sampai di pos satu, kami disambut oleh 2 orang kakak senior, Eka dan Amam. di pos satu merupakan pos yang ringan, pos yang paling bersahabat. saat sampai, kami dipersilahkan istirahat sebentar, diberi air minum, dan biskuit untuk sedikit mengganjal perut kami
setelah itu kami diberi penjelasan singkat tentang sejarah berdirinya kampus, sejarah kampus, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kampus tentunya.
Dipos ini aku sedikit merasa lega, sedikit istirahat, dan sedikit mengganjal perut.. meski aku merasa ada yang memperhatikan kami sedari tadi.

Setelah kami mendapatkan arahan bagaimana cara ke pos kedua, kami melanjutkan perjalanan kami.
"pos dua gak begitu jauh dari sini kok" itu yang diucapkan kak eka, kami hanya perlu berjalan lurus.. mengikuti trek ini sampai ada papan arahan untuk berbelok.



***



"santai sel.. masih ada 4 pos lagi.."

"lah terus?"

"yaa lu masih mau lama lama berduaan sama gue kan?"

"justru pengen cepet-cepet selesai. mana tahan gue jalan ama lu. udah mana bau lagi."
"eh tapi bener yaa, abis dari pos satu tuh rasa deg-degan udah mulai hilang gitu, relax dikit lah"

"iyalah relax, apalagi inget senyumnya kak eka tadi.. haduh.."

"yah lu baru liat senyum gitu aja udah melting, apalagi liat senyum gue lu ya"

"muka lu udah serem apa adanya ko, apalagi kalo ditambah senyum sel.. plis.. jangan.."


ya, seperti yang kubilang.. kurasa sekarang kami sudah mulai akrab. sifat "nyebelin" nya sudah mulai luntur pikirku, kami asik ngobrol untuk mempercepat waktu, tapi obrolan kami berhenti ketika kami melihat plang, yang bertulis  "BELOK KANAN, +/-10mnt POS 2 ".

dari belokan tersebut, kami melewati beberapa rumah, yang entah kenapa masih ada segelintir orang yang duduk di teras mereka, mungkin sedang ronda pikirku, mereka lumayan ramah ketika aku mengucap "permisi pak" mereka senyum, dan menunjuk ke pintu masuk hutan kembali, mengisyaratkan kami untuk pergi lewat sana.

"sipp, makasih ya pak.."

"yoo dek, ati-ati yoo"

kami melanjutkan perjalanan kami ke pos dua, setelah melewati perumahan tadi, kami harus kembali masuk ke kawasan hutan.

setelah sedikit lebih jauh melangkah kedalam hutan, selli tibatiba memegang erat tanganku.

"kenapa sel? mulai suka sama gue?"

"diem lu, jangan ngaco. tadi disana (selli menunjuk kearah pepohonan) gue liat sekelebatan putih terbang cepet."

"masa? dah gausah dipikirin, layangan jatoh kali itu"

"ihh lu gapercaya yaa. (selli menyubit tangan ku, entah kenapa sekarang aku berpikir bahwa cubit adalah senjata andalan semua wanita) ah males gue ama lu"

setelah itu selli melepaskan genggamannya, dan mulai pasang wajah tertekuk, tertulis jelas dijidatnya, dia ngambek. haha, cukup lucu ketika wanita ngambek ya. 

"yaudah ayu lanjut jalan.."

entah.. tapi mulai dari sini aku memang merasakan aura mencekam, sejujurnya akupun sendiri termasuk orang yang penakut, tapi bagaimana-pun juga aku harus tetap menjaga image ku didepan selli.

 kami terus melanjutkan perjalanan kami, sampai saat ini kita masuk lebih dalam ke hutan, maka lebih lebat lagi pepohonan yang tertanam. entah kenapa selli yang sedari tadi bawel, sekarang terdiam, sebenarnya aku tahu bahwa ia takut, tapi sepertinya ia juga ingin menjaga images didepanku.

"Plakk" suara yang tibatiba mengagetkanku, ternyata itu selli, dia tak tahan dengan segerombolan nyamuk yang mulai mengeroyoknya. boleh ku akui bahwa gigitan nyamuk disini berbeda dengan yang ada dirumah, dan daya tahan nyamuk ini pun cukup kuat, terbukti dengan kutepok sekali, ada yang masih bisa lanjut terbang, maka kunamakan nyamuk disini nyamuk sparta.

"nih sel, gue ada autan dua, lu mau?"

"ih ko lu ada? kasih daritadi kek. dapet darimana lu?"

"tadi ngambil punya kak eka hehe" aku yakin, saat ini eka pasti sedang bergerilya dengan nyamuk sparta disana, karena yang aku lihat memang tinggal 3 sachet yang tersisa.

setelah menyerahkan sachet anti nyamuknya, selli memutuskan untuk duduk di rumput yang ada didekatnya, istirahat sebentar untuk memakai lotion tersebut.

"eh sel, lu kan kuli, ko sama nyamuk aja kalah si?"

"enak ajaa" selli menimpukku dengan sachet yang isinya sudah dituangkan ke kulitnya.
"gue feminim tau.."

"eh eh nanya dong, emang semua cewe feminim itu kalo abis dibantuin sama cowo, abis itu dia nyamperin cowonya dan marah-marah ya?" 

selli menatapku sebentar, dan lalu membuang pandangannya dan menatapi kakinya sendiri. setelah itu dia terdiam untuk beberapa saat.

"hee? sel? kenapa? gue salah ngomong ya?"



















selli masih terdiam membeku, entah kenapa aku merasa bersalah karena sudah bertanya seperti itu padanya. setelah aku sapa berkali-kali tapi dia tetap terdiam, kurasa ada baiknya aku membiarkan dia begitu sebentar, dan ikut duduk disebelahnya.

"gue punya alasan sendiri wan" kata dia sangat pelan, kata-kata yang membuyarkan lamunanku.

"eh apa apa? maap ngelamun, tibatiba gue mikirin elli tran ha"

"haha dah.." selli berdiri dari tempat ia duduk, dan menepuk nepuk celananya untuk membersihkannya dari debu.

"yuk lanjut, nanti kakaknya marah-marah kalo kelamaan" selli mengulurkan tangannya, berniat ingin membantuku untuk berdiri.

setelah kuraih tangannya, dan melanjutkan perjalan tak lama kemudian kami tiba di post-2.
di post ini kami ditanya dan disuruh menjelaskan kembali soal sejarah kampus yang tadi dijelaskan kepada kami.

"jadi.. coba sebutin siapa aja profesor para pendiri awal kampus kita"

"eh.. anu.. itu.."  damn, sesungguhnya daya hapalku memang buruk, apalagi soal sesuatu yang kurasa tidak perlu untuk dipelajari

"p.. profesor charles kak"

"charles siapa?"

"x.. xavie.."

"profesor charles chandra widjatmo, orang yang pertama kali.. blabla..bla..bla"

selli memotong ucapanku dan langsung memulai pidatonya, aku pun melongo, kak indra dan kak fitri juga melongo, nyamuk-nyamuk sparta melongo, Pak lurah melongo, agung hercules pun berhenti bergoyang dan ikut melongo.

"nah, jadi gitu kak yang aku pelajari dari pos sebelumnya, maaf ya kak kalo ada salah-salah"

kami belum menjawab kata-kata selli barusan, masih tercegang akibat kemampuannya, setelah kejadian barusan akupun berterimakasih karena sudah dispasangkan oleh orang ini. orang yang bisa mengingat seluruh kata-kata kakak di pos 1, sehingga kami tidak menerima hukuman "karena tidak mendengarkan" di pos 2.

"hee, kata siapa kamu bebas dari hukuman hah?" kak fitri menyela dengan tiba-tiba dan menjewer telingaku.

"aaa, aduh sakit kak. kan itu kata penulis tadi kan kak"

"gaa gaada, push up 20kali, sambil teriak "saya cinta mama" buruan."

whatt? hadeh, yasudah, akhirnya aku menuruti kata-kata kak fitri, sementara itu selli malah terkekeh dan ngobrol sama kak indra.. damn

"huh.. huh.. udah kak!" kataku sambil berusaha mengatur nafasku yang masih terengah engah.

"tambah 20x lagi!"

"haaa, tambahh? kenapa kak?"

"karna lu ngambil autan nya si eka tadi" jelas kak fitri sambil tersenyum kecil dan menujukan walkie talkienya.


damn you kak eka.. aku yakin sekarang ia sedang menyeringai kecil, dan ketawa jahat dengan wajahnya yang bentol bentol ketika aku dihukum seperti ini.





**bersambung**